Ekaristi Kaum Muda atau biasanya para kaum muda menyebutnya dengan singkatan EKM, yach… Ekaristi yang dirancang atau dibuat oleh kaum muda katolik yang memiliki jiwa muda untuk memberikan semangat muda bagi gerejanya. Tentunya bagi Gereja Bintaran yang selalu identik dan berciri khas “gereja kaum tua atau para sesepuh” (bukannya bermaksud untuk mengutarakan kejelekan atau menghina Gereja Bintaran, tetapi kita lihat dari segi rasional dan kenyataan saja), karena memang Gereja kita sudah sejak dulu kala terkenal dengan Gereja Tua atau Gerejanya orang-orang tua. Hal ini memang tidak terlepas dari historia Gereja Bintaran yang memang dibangun sebagai gereja pribumi yang pertama. Akan tetapi sebenarnya hal ini sungguh lucu, trendmark itu seolah-olah menjadi momok bagi kita sampai sekarang. Karena apa? Bagaimana Bintaran akan disebut gereja “Kaum Muda” kalau kaum mudanya sendiri tidak mau ke Gereja Bintaran dengan berbagai alasan. Padahal sebenarnya Gereja tidak mempunyai sekat yang tegas, gereja bersifat universal bukan milik satu golongan (tua, muda, anak-anak) akan tetapi gereja menjadi pemersatu semua golongan dan semua perbedaan.
Di tahun 2008 ini Gereja Bintaran sudah mulai bangkit kaum mudanya (tentu saja tidak mengesampingkan sejarah ke-suksesan para mudika terdahulu) untuk melayani Tuhan dan berkarya di Gereja yaitu salah satunya dengan mempersembahkan sebuah Ekaristi Kaum Muda yang bertepatan juga dengan Ulang Tahun Bangsa Indonesia yang ke-63 sekaligus mengucap syukur atas Kemerdekaan Bangsa kita, sehingga persiapan yang dilakukan kemarin betul-betul matang dan penuh semangat. Ya…akhirnya Gereja Santo Yusup Bintaran masih memiliki orang-orang muda yang berjiwa muda dan mampu untuk melayani Tuhan dengan tulus dan ikhlas di Gereja mereka sendiri, mereka juga mau berkarya menanam “biji sawi” di ladangnya sendiri.
Dengan memberikan karya mereka dengan bentuk Ekaristi Kaum Muda yang sudah dilaksanakan pada hari Minggu 17 Agustus 2008 yang lalu, membuktikan bahwa kaum muda katolik di Paroki Santo Yusup Bintaran masih aktif dan Gereja Bintaran tidak hanya untuk para kaum tua saja namun para kaum mudanya pun bisa dan mau terlibat dalam suatu Ekaristi.
Ekaristi yang dilaksanakan kemarin berjalan dengan lancar, meskipun ada kekurangan-kekurangan pada persiapan yang dilakukan panitia sebelum hari pelaksanaannya namun pada akhirnya sangat bagus. Dari diskusi singkat dengan Romo Tejo tentang EKM lalu, beliau mengatakan kalau EKM nya sangat bagus dan berjalan sukses. Tapi ketika monolog dimulai (waktu itu acaranya sebelum berkat penutup dari Romo) semua umat belum ada yang beranjak dari kursi Gereja, antusias umat untuk melihat ending serta kesimpulan dari EKM tersebut sangat besar. Sehingga ketika monolog selesai dibacakan atau dibawakan oleh Mas Andre, ada beberapa umat yang meninggalkan Gereja alias pulang padahal setelah Monolog ada berkat penutup dari Romo. Dan itulah yang disesalkan oleh Romo ‘mengapa umat langsung pulang setelah monolog selesai dibacakan?’ Perkataan Romo tersebut menjadikan Pekerjaan Rumah bagi panitia terutama Sie Acara, sehingga kejadian tersebut menjadikan kami sebagai pelajaran untuk ke depannya.
Sedikit catatan dari drama yang diperankan oleh teman-teman kaum muda,yaitu tentang suara dan vocal mereka yang kurang jelas terdengar oleh para umat serta yang ingin mendengarkan isi dari percakapan mereka ketika mereka berkumpul sambil ngobrol. Bahkan salah satu umat ada yang berkomentar (waktu itu saya tidak sengaja mendengarkan) ‘mereka ngomong apa, kok hanya terdengar krusuk-krusuk atau gremeng-gremeng aja?’ Memang disadari bahwa dalam hal teknis EKM kemarin memang belum memadai, segala usaha dan daya juga sudah diusahakan oleh panitia termasuk memasang LCD agar umat paham dan mengetahui alur dari EKM, namun pada kenyataannya masih kurang sempurna.
Catatan selanjutnya, tentang kepanitiaan yang mungkin boleh dibilang masih butuh banyak belajar. Salah satunya masih kurangnya koordinasi baik dari koordinator kepada masing-masing sie ataupun sebaliknya. Padahal koordinasi menjadi syarat penting dalam setiap kepanitiaan untuk suksesnya kegiatan. Memang itu semua perlu keterbukaan hati untuk mau belajar dan menerima masukan dari orang lain. Terlebih apabila mendapat posisi sebagai koordinator. Perlu perjuangan yang lebih keras karena menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam kegiatan serta harus memahami cara kerja kepanitiaan, koordinasi lintas seksi, dan benar-benar tahu apa yang harus dikerjakan dan harus dilaksanakan sesuai dengan skala prioritas agar secara urut dan persiapan sampai pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar dan terprogram. Hal ini tentu saja harus didukung oleh anggota kepanitiaan yang lain dengan men-suport secara total. Kalau boleh dibilang sebuah kepanitiaan ibarat sebuah kapal. Di dalam kapal harus ada nahkoda yang handal yang mampu memegang kendali kapal yang didukung para awak yang handal yang siap sedia bekerja sama dengan nahkoda. Apabila nahkoda tidak bisa bekerja sama dengan para awak atau sebaliknya maka kapal itu akan berlayar dengan terseok-seok atau bahkan bisa karam diterjang badai.
Ini mungkin hanya tanggapan pribadi dan bukan evaluasi sepihak, tetapi hal ini sekiranya dapat menjadi permenungan bagi kita untuk kedepannya dalam setiap kepanitiaan kita harus siap menjadi nahkoda atau awak, serta siap dan terbuka menerima kritik dan saran serta mau banyak belajar.
Di balik ketidaksempurnaan kami dalam merancang, menciptakan ide, maupun melaksanakan EKM tersebut, ada suatu kebanggaan atau kebahagiaan tersendiri bagi kami, selaku Panitia EKM beserta seluruh komunitas yang terlibat. Kami bangga dan senang karena umat yang hadir cukup banyak sehingga membuat Ekaristi semakin meriah, khususnya ba-gi kaum muda yang merasa harkat dan martabat sebagai orang muda yang memiliki kreatifitas cukup tinggi terangkat dan merasa dihargai sebagai umat Gereja Bintaran. Melayani Gereja serta berperan aktif dalam karya Tuhan Yesus kaum muda katolik yang berada di wilayah Paroki Bintaran memiliki jiwa semangat yang tinggi, para kaum muda sangat bersemangat dan serius dalam melayani Gereja. Apalagi dengan adanya EKM kemarin, kaum muda menjadi lebih semangat dalam melayani Gereja. Namun tidak hanya EKM para kaum muda bersemangat dan berperan aktif tetapi juga harus mampu terlibat aktif dalam Misa Ekaristi harian yang diadakan oleh Gereja Bintaran sehingga Dewan Paroki, Romo maupun umat yang sebagian kaum tua bisa melihat dan merasakan bahwa Gereja Bintaran mempunyai anak-anak muda ternyata “tidak mati”. Tidak hanya memiliki embel-embel atau berstatus sebagai MUDIKA BINTARAN tetapi juga memiliki kualitas dan kuantitas di dalam jiwa MUDIKA, yang bermutu kreatifitasnya dan “kembali hidup” untuk melayani Gereja.
Terakhir dari tulisan ini adalah harapan-harapan setelah kaum muda Bintaran ber-EKM adalah:
- Agar kaum muda memiliki semangat yang lebih dalam melayani Gereja terutama dalam karya Tuhan Yesus melalui Gereja.
- Agar kaum muda semakin menyadari akan kesempatan-kesempatan terus menerus yang diberikan oleh gereja untuk karya-karyanya.
- Agar semakin tercipta kerjasama yang baik antar komunitas dan antar bidang.
- Agar dapat melebur egoisme dan kepentingan pribadi, dan semakin terbuka untuk menerima kritik dan saran serta mau terus belajar untuk hal yang lebih baik.
- Jangan pernah menyerah dan takut apabila ada kendala dan situasi tidak menyenangkan, TETAP SEMANGAT DALAM MELAYANI TUHAN.
- Tahun depan (tahun 2009) adalah tahunnya kaum muda, semoga EKM menjadi batu pijakan untuk menyongsong tahunnya kaum muda dengan berkegiatan yang positif dan bermutu, terlebih tahun 2009 gereja kita juga merayakan pesta intan 75 tahun yang tentu saja membutuhkan peran serta dan keterlibatan kaum muda dalam setiap kegiatan.
Tuhan memberkati,
Ursula Nadia
(Mudika Lingkungan Emmanuel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar